Gnetum
gnemon
Melinjo
(Gnetum gnemon) merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang berumah dua
(dioecious). Perbungaannya menyendiri dan keluar dari ketiak daun, juga dari
batang yang celah tua, panjangnya 3-6 cm, dengan bunga-bunganya tersusun dalam bentuk
lingkaran/mangkuk di buku-bukunya (Steenis, 2010). Bunga betina sebanyak 5-8
kuntum pada setiap buku perbungaan, bentuknya bundar dan melancip ke ujungnya.
Tipe “perbungaan” yaitu malai.. Kadang-kadang kerucut terminal dalam posisi (Gleason,
1917). Organ reproduksi ini terorganisasi dalam strobilus. Strobilus tersusun
atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga tumbuh
dalam ketiak pasangan daun yang tersusun berhadapan bersilang. Daun ini juga
bergabung pada bagian dasarnya membentuk brakte. Reproduksi generatif pada G.gnemon
menggunakan organ reproduksi yang disebut strobilus. Strobilus pada G.gnemon
ada dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.
Strobilus Jantan
Strobilus
jantan tersusun dalam sebuah cincin yang pasti pada setiap node (buku) dari
kerah pada sumbu kerucut. Jumlah stobilus bervariasi yaitu antara 3-6. Strobilus
jantan terletak secara bergantian untuk disetiap ring. Setiap brakhte bunga
jantan berisi dua bentuk perhiasan bunga yang koheren yang disebut sebagai
periantium (Gambar. .....). Dua kepala sari unilocular tetap melekat pada
tangkai pendek dan tertutup dalam perhiasan bunga.
Pada
waktu tertentu, kepala sari memanjangkan tangkai dan keluar dari perhiasan
kelopak bunga. Dalam G.gnemon beberapa (2-3) bunga kadang-kadang
terlihat sesumbu antar satu sama lain (Gambar. ....).
Dalam
strobilus yang masih muda, sel-sel tertentu di bagian bawah setiap kerah
menjadi meristematik. Sel tersebut membelah berulang kali dan membentuk seperti
punuk kecil. Sel-sel tertentu di sisi atas akan mulai berdiferensiasi menjadi
inisial ovula. inisial ovula akan berkembang menjadi ovula gagal yang terbentuk
dibagian atas cincin. Sel dari sisi bawah dari ring ini merupakan hasil bentuk
dari primordial bunga jantan.

Primordial bunga jantan aan mengalami pembelahan berulang membentuk bantalan pusat. Bantal ini akan dikelilingi oleh selubung melingkar yang disebut perhiasan bunga. Dengan adanya perkembangan depresi atau takik di pusat massa akan membentuk dua lobus. Dua lobus ini akan berkembang menjadi dua lobus dari antera.
Kemudian sel bagian basal dari bagain pusat akan mulai berdiferensiasi menjadi sel induk. Sel induk akan memanjang dan mendorong lobus antera menuju sisi luar. Setiap lobus anter tetap dikelilingi oleh lapisan epidermis dan beberapa dinding lapisan bagian dalam juga menyertakan mikrosporangium. Sedangkan lapisan bagian paling dalam dari jaringan sporogenous dikenal sebagai tapetum.
Sel sporogenous
akan menjadi longgar, pendek, berkumpul dan berubah menjadi sel-sel i duk spora
(2n). Dalam proses pembentukan tapetum dan dua lapisan dinding yang digunakan
untuk mengembangkan mikrospora. Sel-sel indu Spore (2n) menjalani meiosis dengan
hasil berupa tetrad spora. Tetrad spora ini akan mengalami perkembangna dan
saling memisah antara satu dengan yang lain yaitu menjadi 4 mikrospora (n).
Mikrospora yang terbentuk ini kemudian akan mengalami pematangan dan pada
akhirnya akan terbentuk polen.
Stobilus
Betina
Strobilus
betina mirip dengan strobilus jantan kecuali dalam beberapa aspek (Steenis,
2010). Sebuah cincin tunggal terdiri atas 4-10 bunga atau bakal biji betina
yang berada tepat di bagian atas setiap
kerah (Gambar. .....). Hanya beberapa dari ovula berkembang menjadi biji matang
(Gambar. .....B).

Semua ovula berawal dari ukuran yang sama ketika muda tapi kemudian beberapa dari ovula tumbuh dan berkembang menjadi biji matang.
Strobilus
abnormal
Dalam
Curtis (1966) menyebutan bahwaThompson (1960) dan Madhulata (1960) melaporkan
bahwa terdapat lebih dari satu cincin dari ovula berada strobilus jantan di Gnetum
gnemon serta Pearson (1912) melaporkan beberapa ovula ditemuan hanya dua
kerah yaitu pada G. buchholzianum. Pada satu strobilus yang sama, bunga betina
terdapat pada kerah yang paling bawah yang tersiri atas satu atau dua ovul
fertil, sedangkan bunga jantan berada pada kerah diatasnya
Morfologi Tiga Amplop
Beberapa
pandangan mengenai morfologi tiga amplop yang berada disekitar nucellus ini muncul.
Berikut ini beberapa dari para ahli yang mengemukakan pandangannya dalam Merril
(1954).
1.
Menurut
Strasburger (1872) tiga amplop dari nucellus adalah integumen yang berkembang
dari diferensiasi integumen tunggal.
2.
Baccari (1877)
berpendapat bahwa amplop luar adalah perhiasan bunga sementara dan dua amplop bagian
dalam adalah integumen.
3.
Van Tieghem
(1869) menganggap dua amplop bagian dalam sebagai integumen sedangkan amplop
luar sebagai ovarium atau analog dengan itu.
4.
Menurut Lignier
dan Tison (1912), dua amplop bagian luar membentuk perhiasan bunga sementara
satu amplop bagian dalam setara dengan ovarium angiospermic.
5.
Vasil (1959)
juga mendukung pandangan Lignier dan Tison (1912) dalam kasus Gnetum ula.
Megasporangium, Megasporogenesis dan Megagametofit
Empat sampai sepuluh primordia
ovulum yang berbeda berada di cincin meristematik annular. Cincin ini
berkembang di bawah setiap kerah strobilus betina. Primordia ovulum membelah
beberapa ali sehingga terbentuk massa
sel.
Tiga amplop berkembang di sekitar massa ini. Sel amplop yang terdalam tetap menyatu dengan nucellus di dasar. Sementara bagian atasnya tetap bebas dan membentuk tabung micropil yang panjang.
Tiga amplop berkembang di sekitar massa ini. Sel amplop yang terdalam tetap menyatu dengan nucellus di dasar. Sementara bagian atasnya tetap bebas dan membentuk tabung micropil yang panjang.
Dalam kondisi muda, epidermis
lapisan luar dapat dibedakan dari nucellus. Dua sampai empat sel archesporial berkembang
di bawah epidermis tersebut. Sel-sel archesporial membelah secara periklinal
untuk membentuk sel parietal primer dan sel- sporogen primer. Sel-sel parietal
primer dan lapisan epidermis membelah secara perilinal dan antilinal beberapa
kali yang menyebabkan nucellus bertambah besar.
Sel sporogen primer membelah dirinya untuk membentuk sel induk megaspora (2n) yang berada dalam baris linear. Sel induk megaspora melakukan pembelahan secara reductional dan membentuk tetrad-megaspo dan hanya satu saja yang fungsional yaitu yang paling jauh dengan kutub mikropil (paling dekat dengan kutub kalaza). Kemudian terjadi pembelahan inti bebas, pembelahan ini sampai menghasilkan sebanyak 256 inti.
Sel sporogen primer membelah dirinya untuk membentuk sel induk megaspora (2n) yang berada dalam baris linear. Sel induk megaspora melakukan pembelahan secara reductional dan membentuk tetrad-megaspo dan hanya satu saja yang fungsional yaitu yang paling jauh dengan kutub mikropil (paling dekat dengan kutub kalaza). Kemudian terjadi pembelahan inti bebas, pembelahan ini sampai menghasilkan sebanyak 256 inti.
Setiap
bakal biji (Gambar. .....) terdiri dari nucellus dikelilingi oleh tiga amplop. Nucellus
terdiri dari pusat massa sel. Amplop bagian dalam akan mengalami pemanjangan melampaui amplop bagian tengah untuk membentuk
tabung micropil. Nucellus ini berisi gametofit betina. Tidak ada bagian nuselus
yang retak di dalam bakal biji dari Gnetum.
Stomata, sclereids dan sel laticiferous berada pada 2 lapisan amplop paling luar. Madhulata (1960) mengamati pembentukan lapisan atau pada Gnetum terutama epidermis bagian terluar. Thoday (1921), juga mengamati pembentukan lapisan atau selaput pada Gnetum tetapi pada labisan bagian dalam.
Stomata, sclereids dan sel laticiferous berada pada 2 lapisan amplop paling luar. Madhulata (1960) mengamati pembentukan lapisan atau pada Gnetum terutama epidermis bagian terluar. Thoday (1921), juga mengamati pembentukan lapisan atau selaput pada Gnetum tetapi pada labisan bagian dalam.
Microsporangium dan Micro-Sporogenesis
Pengembangan microsporangium (Gambar. .....) dapat dipelajari hanya dalam kepala sari muda.
Dua sel archesporial berada di bawah
lapisan epidermis (Gambar. ....A). Sel Archesporial membelah membentuk archesporium
bersel banyak (Gambar......B). Lapisan terluar dari archesporium yang membelah
secara periclinal untuk membentuk lapisan luar, sel parietal dan lapisan dalam,
sel sporogen (Gambar.......C). Sel-sel parietal membelah secara periklinal membentuk
lapisan dinding dan lapisan tapetal (Gambar. .....D). Sel-sel sporogen berkembang
menjadi sel induk mikrospora. lapisan
dinding membelah menjadi dua bagian yaitu epidermis dan lapisan tangah,
sedangan sel tapetal tetap menjadi bi-nukleasi (Gambar. ...... E). Sel-sel induk
mikrospora (2n) mengalami pembelahan secara meiosis membentuk tetrad-mirospor,
kemudian secara redusional membentuk mikrospora haploid. Mikrospora kemudian
mengalami modifikasi menjadi polen sehingga nantinya polen ini siap untuk
melakukan poenyerbukan (Meijer, 1959).
Gametofit jantan
Mikrospora bersifat uninucleate dan
tetap dikelilingi oleh eksin yang tebal tebal dan berduri serta intin yang tipis.
Polen yang sudah matang adalah polen yang sudah memiliki 3 inti yaitu inti
prothallial, inti tabung dan inti generatif (Gambar....., Atas). Tiga inti
didapat dari pembelahan inti menjadi dua dan kemudian salah satu inti akan
membelah lagi menjadi dua.
Perkembangan lebih lanjut akan dilanjutkan oleh polen yang sudah masak ini. Setelah terjadi penyerbukan, polen akan ditengkap oleh mikropil pada strobilus berina yang kemudian polen ini akan diterik kedalam ovul. Polen ini kemudian akan melakukan perkecambahan. Perkecambahan ini dimulai dengan pecah eksin dan membentuk tabung polen.
Inti tabung akan bermigrasi ke dalam tabung serbuk sari yang menyebabkan tabung serbuk sari semakin memanjang dan menembus nusellus. Inti generatif juga mengikuti inti tabung dan membelah menjadi dua gamet jantan. Inti Prothallial tidak masuk ke dalam tabung serbuk sari.
Perkembangan lebih lanjut akan dilanjutkan oleh polen yang sudah masak ini. Setelah terjadi penyerbukan, polen akan ditengkap oleh mikropil pada strobilus berina yang kemudian polen ini akan diterik kedalam ovul. Polen ini kemudian akan melakukan perkecambahan. Perkecambahan ini dimulai dengan pecah eksin dan membentuk tabung polen.
Inti tabung akan bermigrasi ke dalam tabung serbuk sari yang menyebabkan tabung serbuk sari semakin memanjang dan menembus nusellus. Inti generatif juga mengikuti inti tabung dan membelah menjadi dua gamet jantan. Inti Prothallial tidak masuk ke dalam tabung serbuk sari.
Thompson
(1916) berpendapat bahwa sel prothallial tidak membentuk sama sekali dalam
gametofit jantan (Gambar. ......,Tengah). Inti mikrospora akan terbagi menjadi
inti tabung dan sel generatif. Yang terakhir membagi ke dalam sel batang sel
dan sel tubuh. inti tabung dan sel tubuh masukkan dalam tabung polen di mana
sel tubuh membelah menjadi dua gamet jantan sama.
Menurut
Negi dan Madhulata (1957) inti mikrospora di Gnetum gnemon dan G. ula
membagi ke dalam sel lenticular kecil dan sel besar (Gambar. ......, Tengah).
Sel lenticular mengalami perembangan lebih lanjut dan akhirnya menghilang. Inti
besar lainnya terbagi menjadi inti tabung dan sel generatif, yang keduanya
masuk ke dalam tabung. Sel generatif membelah menjadi dua gamet jantan.
Curtis. 1966. The vegetation of
Gymnospremae. hlm 127-144.
Gleason, H. A. 1917. The Stucture
and Development of the Plant Association. Bull. Torrey Bot. Club 44:
463-481.
Madhulata. 1960. Flowering and
Fruiting. Malayan Forest 29: 182-203.
Meijer, W. 1959. Plant
Sociological Analysis of the Montane Rain Forest. Acta Bot. Neerl, 8:
277-291.
Merril, E.D. 1959. The Botany of Cook’s
Voyages. Neerl. 2: 161-384.
Negi dan Madhulata. 1957. Skemic
of Gymnospermae in the Picture. Arbeiten aus dem Treub Laboratorium 1.
119-225.
Steenis, C. G. G. J. Van. 2010. Flora
Pegunungan Jawa (The Mountain Flora of Java). Bogor: LIPI.
Vasil. 1959. Account of Japan
Plant in Anatomies. Natuur. III:17-89.
Vasil. 1960. Plant speciation in
Malesia. Lond. 1:97-133.
No comments:
Post a Comment