AA. Dispersal atau Penyebaran
Dispersal merupakan
komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi
dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke
daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat
satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya.
Secara garis besar
penyebaran serangga hama dalam ruang dibedakan menjadi tiga bentuk penyebaran
yaitu :
1.
Penyebaran Acak
Pada bentuk ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di
dalam ruang tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga
hama lain yang ada pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan
individu serangga hama dalam satu titik di dalam ruang, bebas tidak terpengaruh
oleh individu serangga hama yang lain. Contoh hama yang melakukan penyebaran
secara acak adalah wereng batang coklat.
2.
Penyebaran Teratur
Pada bentuk penyebaran
teratur ini kepadatan populasi serangga hama hampir merata. Oleh sebab itu
hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan sama.
Bentuk penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang
mempunyai sifat kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan
terpisah antara satu dengan yang lain.
Bentuk penyebaran
teratur secara matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai keragaman akan
lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang
relatif homogen tersebut.
3.
Penyebaran Mengelompok
Bentuk penyebaran ini
seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak, dimana kedudukan
suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan dipengaruhi
oleh atau pun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada
titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama yang
lain akan saling mempengaruhi. Contoh serangga yang menyebar secara mengelompok
adalah semut
B.B. Faktor Pendukung Penyebaran Hama
Beberapa faktor yang mendukung penyebaran hama antara
lain:
1. Angin
Angin merupakan gerak udara horisontal dari
daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pergerakan udara
merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran serangga. Secara
langsung angin dan gerakan udara tak berpengaruh terhadap pertumbuhan hama.
Namun angin merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan penyakit
tumbuhan. Arah dari penyebaran serangga terkadang mengikuti arah angin. Angin
berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama
tanaman. Kecepatan terbang belalang kembara sangat dibantu oleh kecepatan dan
arah angin, pada angin yang sepoi-sepoi terbang melawan arah angin, tapi bila
angin kencang terbang mengikuti arah angin. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera,
Coleoptera dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika
kecepatan angin melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti.
Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa angin
sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu loncat (Heteropsylla cubana). Seperti
pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro mengalami ledakan (Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu relatif
singkat. Belalang kayu (Valanga
nigricornis Zehntneri
Krauss), bila terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung
penyebaran hama, angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur,
bahkan dapat mematikannya (Tarumingkeng, 1994).
2. Cahaya
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh
responnya terhadap cahaya, sehingga terdapat serangga yang aktif pagi, siang,
sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan
penyebarannya. Habitat serangga dewasa (imago) dan serangga pradewasa (larva
dan pupa) ada yang sama dan ada yang berbeda. Pada Ordo Lepidoptera, larva
aktif makan dan biasanya menjadi hama, sedangkan serangga dewasanya hanya
menghisap nektar atau madu bunga. Pada Ordo Coleoptera, umumnya larva dan imago
aktif makan dengan habitat yang sama, sehingga keduanya menjadi hama (Jumar,
2000). Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan daya
tahan kehidupan serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya
mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan,
tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya
yang berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan pernyataan diatas serangga dapat
digolongkan :
· Serangga diurnal
merupakan serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi, sehingga aktif
pada siang hari, sementara dimalam hari tidur.
· Serangga nokturnal
merupakan kebalikan dari perilaku diurnal, yaitu serangga yang membutuhkan
intensitas cahaya rendah, sehingga aktif pada malam hari, sementara disiang
hari tidur.
· Serangga krepskular
adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang
selama peralihan hari yakni waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada
malam terang bulan
Serangga krepskular adalah serangga yang
membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan
hari yakni waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang
bulan (Wikipedia).
Gambar Locusta migratoria
Ngengat serangga noktural akan aktif di malam
hari, sedangkan belalang kembara (Locusta migratoria manilensis) arah
mengembaranya mengikuti langsung arah cahaya matahari dan berkumpulnya
mengikuti arah berputarnya matahari. Belalang kembara dewasa gregraria terbang
pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman untuk makan, kawin dan
meletakkan telur. Sedangkan yang soliter terbang pada malam hari dan siangnya
tinggal di pepohonan. Panjang dan pendeknya periodesitas radiasi matahari akan
berpengaruh pada suhu udara, lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, virus dan sporalisasi cendawan.
3. Suhu
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana
dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan
atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi
serangga. Pada waktu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu
yang lain akan berkurang (menurun). Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah
suhu minimum 15ºC, suhu optimum 25ºC dan suhu maksimum 45ºC. Pada suhu optimum
kemampuan serangga untuk menghasilkan keturunan besar dan kematian sebelum
batas umur akan sedikit (Jumar, 2000). Pengaruh suhu terhadap kehidupan
serangga banyak dipelajari di negara beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu
berubah menurut musim.
Di negara tropika seperti Indonesia keadaanya
berbeda, iklimnya hampir sama sehingga variasi suhu relatif kecil. Perbedaan
suhu yang nyata adalah karena ketinggian. Serangga adalah organisme yang
sifatnya poikilotermal sehingga suhu badan serangga banyak dipengaruhi dan
mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh
suhu dan kisaran suhu optimal bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya.
Secara garis besar suhu berpengaruh pada kesuburan/produksi telur, laju
pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya. Suhu yang sangat tinggi mempunyai
pengaruh langsung terhadap denaturasi/merusak sifat protein yang mengakibatkan
serangga mati. Pada suhu rendah kematian serangga terjadi karena terbentuknya
kristal es dalam sel.
4. Kelembaban / Curah
Hujan
Kelembapan atau curah hujan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi penyebaran, aktivitas, dan perkembangan serangga.
Pada kelembapan yang sesuai akan membuat serangga lebih tahan terhadap suhu
ekstrim. Umumnya serangga lebih tahan terhadap kelebihan air, bahkan beberapa
serangga yang bukan serangga air dapat menyebar dengan cara hanyut bersama air.
Akan tetapi, kebanyakan air seperti banjir dan hujan deras yang terus menerus
dapat berbahaya pada beberapa serangga (Jumar, 2000). Serangga harus
memperhatikan kandungan air dalam tubuhnya, karena kandungan air yang turun melewati
batas toleransi akan membuat serangga mati. Berkurangnya kandungan air
berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolism dalam tubuh
serangga. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi, umumnya berkisar
antara 50-90% dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan
airnya lebih rendah. Serangga akan berusaha menyeimbangkan kandungan air dalam
tubuhnya untuk bertahan hidup. Kelembapan juga berpengaruh pada kemampuan
bertelur dan pertumbuhan serangga.
Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi
dan berhubungan erat dengan keadaan lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan
ketersediaan air. Untuk menyatakan kandungan air di udara tau kelembapan udara
dilakukan dengan cara antara lain lengas udara mutlak, lengas udara spesifik,
lengas udara nisbi dan tekanan uap.
Kemampuan serangga bertahan hidup terhadap
lengas udara sangat berbeda-beda tergantung spesiesnya. Hama Trips tabacidapat bertahan
hidup dalam lengas udara di bawah 50%. Dalam lengas udara nisbi 10%, kumbang
bubuk kacang hijau betina meletakkan telur rata-rata 44.4 butir, namun pada
lengas nisbi 25%, menghasilkan telur 49.8 butir.
Gambar Trips tabaci
5. Makanan
Makanan merupakan sumber gizi yang
dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan
tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat.
Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun. Pengaruh jenis
makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga
berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga. Dalam hubungannya
dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran inang yang
berbeda yaitu Monofag (hidup dan makan hanya pada satu atau
beberapa spesies dalam satu famili tertentu),Polifag (hidup
dan makan pada berbagai spesies pada berbagai famili), dan Oligofag
(hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu famili) (Jumar, 2000).
CC. Faktor Penyebab Terjadinya Dispersal
Dispersal merupakan factor
pembatasdalampenyebaranserangga, factor penghambatantara lain
doronganmencarimakan, menghindari predator, factor iklim, atauterbawaolehangin.
1. Doronganmencarimakan
Makanan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perubahan dari
morfologi serangga seperti pada Aphids yang mempunyai sayap yang akhirnya
meninggalkan koloni awal yang telah kelebihan kapasitas. Sebagai contoh penyebaran Aphid diakibatkan
karena kurangnya makanan, kelebihan populasi, dan ingin kawin
2. Menghindardari predator
Salah satupenyebabseranggahamameninggalkan
habitat aslinyakarenamunculnya predator yang
dapatmengendalikanseranggatersebut. Sehingga, seranggatersebutmeninggalkan
habitat aslidanterjadi dispersal yang dilakukanolehseranggahama.
3. Terbawaanginatau air
Serangga dapat terbawa oleh angin atau air ke daerah lain, sehingga
serangga tersebut terbawa dan menetap pada daerah lain.
4. Perilakukawindanfaktorfisiklainnya
Serangga dapat tersebar akibat dari keinginan kawin kepada lawan jenis,
sehingga serangga tersebut akan berpindah misalnya Aphids akan menumbuhkan
sayap agar dapat mencari lawan jenis apabila terjadi persaingan dalam
perkawinan. Tersebarnya serangga bisa juga disebab faktor sex ratio, dimana
ketidakseimbangan perbandingan antara serangga jantan dan betina bisa
menyebabkan salah satu serangga melakukan penyebaran untuk mencari pasangan
untuk melakukan kopulasi.
5. KemampuanTerbang
Kemampuan serangga dalam menyebar ditentukan dengan kemampuan terbang dari
serangga apakah dapat mampu terbang dengan jarak yang jauh atau dekat,
sebagai contoh belalang memiliki sayap namun jarak terbangnya lebih pendek bila
dibandingkan dengan ngengat dan kupu-kupu yang juga memiliki sayap namun
memiliki jarak tempuh yang jauh.
D. Macam-Macam Dispersal
1. Migrasi
Migrasi serangga adalah pergerakan
musiman serangga, terutama spesies capung, kupu-kupu, ngengat. Jarak migrasi dapat
bervariasi, tetapi kebanyakan melibatkan banyak individu. Terkadang individu
yang bermigrasi dalam satu arah tidak kembali dan generasi selanjutnya mungkin
bermigrasi ke arah yang berbeda.
Contoh serangga yang bermigrasi adalah kupu-kupu Monarch yang bermigrasi dari Kanada selatan ke Meksiko tengah.
Monarch Butterfly
Migrasi juga diartikan
sebagai perpindahan, yang pada binatang dapat diperluas artinya menjadi,
perpindahan dari satu habitat ke habitat yang lain yang lebih baik (cocok).
Fenomena perpindahan ini umum terjadi pada binatang, termasuk serangga.
Perilaku ini terutama dipicu oleh kondisi lingkungan abiotik yang tidak
mendukung, misalnya karena terjadi perubahan suhu dan kelembaban yang drastis
akibat perubahan musim. Perubahan-perubahan tersebut berdampak pula terhadap
ketersediaan pakan bagi si serangga, sehingga alasan lain perpindahan secara
massal ini juga dalam rangka untuk mendapatkan lokasi yang menyediakan pakan,
dan biasanya sekaligus sebagai tempat berbiak yang lebih memadai.
Migrasi dilakukan oleh
banyak spesies serangga, meskipun hanya beberapa serangga yang tercatat
melakukan migrasi yang dikategorikan fenomenal, contohnya migrasi musiman
Kupu-kupu Raja (Monarch Butterfly), Danaus plexippus (Lepidoptera:
Danaidae). Pada musim dingin mereka berpindah dari daerah asal di Amerika Utara
(termasuk Kanada) ke bagian selatan yang lebih hangat, misalnya di wilayah
selatan-tengah Meksiko (Garland & Davis, 2002), atau Kuba (Dockx et al.,
2004)dalam Putra (2009). Setelah musim semi tiba, mereka akan bergerak
pulang ke daerah asalnya di bagian utara Amerika. Jarak yang mampu mereka
tempuh tercatat sampai 4000 km.
Sparks et al. (2007)dalam Putra (2009) tentang peningkatan migrasi
serangga, misalnya kupu-kupu dan ngengat di Eropa, memunculkan kekuatiran bahwa
perubahan frekuensi dan pola migrasi serangga juga menunjukkan terjadinya
perubahan lingkungan yang berujung pada ketidakstabilan lingkungan, seperti
yang juga dikuatirkan oleh Brower dan Malcolm (1991)dalam Putra (2009),
yaitu bahwa perubahan pola migrasi pada dasarnya dapat dimaknai sebagai
perubahan lingkungan hidup yang kemungkinan berakibat pada kepunahan
spesies-spesies binatang, termasuk serangga.
2. Imigrasi
Imigrasi adalah
perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya
suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah
terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.
Contohnya perpindahan
hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) dari suatu daerah
pesawahan ke daerah pesawahan lainnya sehingga terjadi peningkatan populasi
hama wereng batang coklat didaerah pesawahan yang didatanginya.
3. Emigrasi
Emigrasi
seranggaadalahpemencaran atau perpindahan individu serangga keluar daerah
populasi atau ke luar dari habitat populasinya. Emigrasi ini akan mengakibatkan
penurunan populasi serangga tersebut didaerah habitatnya
Contohnya. Kutu daun (Aphids) sering dipindah oleh semut ke
bagian tanaman atau tanaman lain untuk keperluan makanan (embun madu). Larva
instar pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang aktif
bergerak dan menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah.
EE. DISPERSAL
SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS
Dispersal atau
penyebaran disatu sisi sangat berperan dalam perpindahan serangga dari suatu
tempat ke tempat lainnya namun di sisi yang lainnya penyebaran ini dapat
menjadi faktor pembatas dalam perkembangan serangga berkaitan dengan :
1. Ketersediaan makanan
Emigrasi suatu serangga
hama ke suatu tempat akan mengakibatkan meningkatnya populasi serangga pada
daerah tersebut, disisi yang lain ketersediaan makanan/pakan tidak mengalami
peningkatan pada saat yang bersamaan akibatnya akan terjadi persaingan dalam
memperoleh nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi bagi serangga dampaknya akan
meningkatkan mortalitas dan penurunan natalias, Jika makanan tersedia dengan
kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika
makan kurang, maka populasinya akan menurun.Disaat yang bersamaan peningkatan
populasi hama yang ada di areal berarti ketersediaan makanan bagi musuh alami
juga semakin banyak,sehingga populasi musuh alami
juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi,
peningkatan proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan,sehingga mengurangi
juga ketersediaan pakan bagi musuh alami.
Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan tingkat reproduksi,
Menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh alami menurun, makatekanan
terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah hama dilapangan akan
meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat,
makan populasi musuh alami juga akan meningkat
2. Kemampuan berkembangbiak
Tinggi rendahnya
kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan
perbandingan kelamin.Perbandingan kelamin yang dimiliki hama umumnya 1:1 namun
pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat berubah. Misalnya pada
keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan antara jantan dan betina
menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan sedikit jumlah jantan dapat
mencapai 90% sehingga populasi berikutnya menurun
3. Tidak Tersedianya Habitat/Ruang
Habitat adalah tempat
dimana hama dapat hidup. Hal initermasuk tempat istirahat, sembunyi,
perlindungan ataupun tempat tinggal danbersarang. Menghilangkan atau mengurangi
habitat yang disukai hama membuatpertumbuhan hama menjadi jauh berkurang.
Masuknya serangga hama ke suatu areal dapat mengurangi ketersediaan habitat
sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh ruang dan tempat, serangga yang
kalah dalam persaingan ruang dan tempat populasinya akan menurun.
FF. Kompetisi Intraspesifik
Masuknya serangga ke
suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya Kompetisi intraspesifik, ini terjadi
karena kepadatan populasi yang sedemikian rupatingginya, sehingga kebutuhan
akan makanan, tempat tinggal dan kebutuhanhidup lain dari populasi tersebut
menjadi di luar kemampuan daya dukung alamIingkungannya untuk menyediakan atau
mendukung kelangsungan hiduppopulasi tersebut. Akibatnya individu yang lemah
akan tertekan atau mati, ataumeninggalkan tempat tersebut pergi ke tempat lain,
dan bahkan kondisi demikiandapat rnendorong terjadinya kanibalisme.