Friday, April 21, 2017

DISPERSAL



AA.     Dispersal atau Penyebaran
Dispersal merupakan komponen dinamika populasi yang menjamin kelangsungan jangka panjang populasi dan jenis hewan. Dispersal adalah perpindahan hewan dari tempat kelahirannya ke daerah baru untuk hidup dan bereproduksi. Perpindahan dalam dispersal bersifat satu arah tanpa perjalanan pulang ke tempat asalnya.
Secara garis besar penyebaran serangga hama dalam ruang dibedakan menjadi tiga bentuk penyebaran yaitu :
1.      Penyebaran Acak
Pada bentuk ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang tidak dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama dalam satu titik di dalam ruang, bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang lain. Contoh hama yang melakukan penyebaran secara acak adalah wereng batang coklat.
2.      Penyebaran Teratur
Pada bentuk penyebaran teratur ini kepadatan populasi serangga hama hampir merata. Oleh sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan sama. Bentuk penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang mempunyai sifat kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan terpisah antara satu dengan yang lain.
Bentuk penyebaran teratur secara matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai keragaman akan lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang relatif homogen tersebut.
3.      Penyebaran Mengelompok
Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak, dimana kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan dipengaruhi oleh atau pun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama yang lain akan saling mempengaruhi. Contoh serangga yang menyebar secara mengelompok adalah semut

B.B.    Faktor Pendukung Penyebaran Hama
Beberapa faktor yang mendukung penyebaran hama antara lain:
1.         Angin
Angin merupakan gerak udara horisontal dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Pergerakan udara merupakan salah satu faktor yang penting dalam penyebaran serangga. Secara langsung angin dan gerakan udara tak berpengaruh terhadap pertumbuhan hama. Namun angin merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan penyakit tumbuhan. Arah dari penyebaran serangga terkadang mengikuti arah angin. Angin berpengaruh terhadap perkembangan hama, terutama dalam proses penyebaran hama tanaman. Kecepatan terbang belalang kembara sangat dibantu oleh kecepatan dan arah angin, pada angin yang sepoi-sepoi terbang melawan arah angin, tapi bila angin kencang terbang mengikuti arah angin. Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin. Jika kecepatan angin melampaui 15 km/jam, aktivitas terbang terhenti.
Misalnya kutu daun dapat terbang terbawa angin sejauh 1.300 km, seperti penyebaran kutu loncat (Heteropsylla cubana). Seperti pada tahun 1986, kutu loncat lamtoro mengalami ledakan (Outbreak atau Explosive) pada daerah yang luas dalam waktu relatif singkat. Belalang kayu (Valanga nigricornis Zehntneri Krauss), bila terdapat angin dapat terbang sejauh 3-4 km. Selain mendukung penyebaran hama, angin kencang dapat menghambat kupu-kupu untuk bertelur, bahkan dapat mematikannya (Tarumingkeng, 1994).
2.         Cahaya
Beberapa aktivitas serangga dipengaruhi oleh responnya terhadap cahaya, sehingga terdapat serangga yang aktif pagi, siang, sore atau malam hari. Cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan penyebarannya. Habitat serangga dewasa (imago) dan serangga pradewasa (larva dan pupa) ada yang sama dan ada yang berbeda. Pada Ordo Lepidoptera, larva aktif makan dan biasanya menjadi hama, sedangkan serangga dewasanya hanya menghisap nektar atau madu bunga. Pada Ordo Coleoptera, umumnya larva dan imago aktif makan dengan habitat yang sama, sehingga keduanya menjadi hama (Jumar, 2000). Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan daya tahan kehidupan serangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas serangga, cahaya membantu untuk mendapatkan makanan, tempat yang lebih sesuai. Setiap jenis serangga membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Berdasarkan pernyataan diatas serangga dapat digolongkan :
·      Serangga diurnal merupakan serangga yang membutuhkan intensitas cahaya tinggi, sehingga aktif pada siang hari, sementara dimalam hari tidur.
·      Serangga nokturnal merupakan kebalikan dari perilaku diurnal, yaitu serangga yang membutuhkan intensitas cahaya rendah, sehingga aktif pada malam hari, sementara disiang hari tidur.
·      Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yakni waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang bulan 
Serangga krepskular adalah serangga yang membutuhkan intensitas cahaya sedang atau saat remang-remang selama peralihan hari yakni waktu senja dan fajar. Serangga ini juga aktif pada malam terang bulan (Wikipedia).
Gambar Locusta migratoria

Ngengat serangga noktural akan aktif di malam hari, sedangkan belalang kembara (Locusta migratoria manilensis) arah mengembaranya mengikuti langsung arah cahaya matahari dan berkumpulnya mengikuti arah berputarnya matahari. Belalang kembara dewasa gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Sedangkan yang soliter terbang pada malam hari dan siangnya tinggal di pepohonan. Panjang dan pendeknya periodesitas radiasi matahari akan berpengaruh pada suhu udara, lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, virus dan sporalisasi cendawan.
3.         Suhu
Serangga memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu aktivitas serangga tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15ºC, suhu optimum 25ºC dan suhu maksimum 45ºC. Pada suhu optimum kemampuan serangga untuk menghasilkan keturunan besar dan kematian sebelum batas umur akan sedikit (Jumar, 2000). Pengaruh suhu terhadap kehidupan serangga banyak dipelajari di negara beriklim dingin/sedang, dimana suhu selalu berubah menurut musim.
Di negara tropika seperti Indonesia keadaanya berbeda, iklimnya hampir sama sehingga variasi suhu relatif kecil. Perbedaan suhu yang nyata adalah karena ketinggian. Serangga adalah organisme yang sifatnya poikilotermal sehingga suhu badan serangga banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Beberapa aktifitas serangga dipengaruhi oleh suhu dan kisaran suhu optimal bagi serangga bervariasi menurut spesiesnya. Secara garis besar suhu berpengaruh pada kesuburan/produksi telur, laju pertumbuhan dan migrasi atau penyebarannya. Suhu yang sangat tinggi mempunyai pengaruh langsung terhadap denaturasi/merusak sifat protein yang mengakibatkan serangga mati. Pada suhu rendah kematian serangga terjadi karena terbentuknya kristal es dalam sel.


4.         Kelembaban / Curah Hujan
Kelembapan atau curah hujan merupakan faktor penting yang mempengaruhi penyebaran, aktivitas, dan perkembangan serangga. Pada kelembapan yang sesuai akan membuat serangga lebih tahan terhadap suhu ekstrim. Umumnya serangga lebih tahan terhadap kelebihan air, bahkan beberapa serangga yang bukan serangga air dapat menyebar dengan cara hanyut bersama air. Akan tetapi, kebanyakan air seperti banjir dan hujan deras yang terus menerus dapat berbahaya pada beberapa serangga (Jumar, 2000). Serangga harus memperhatikan kandungan air dalam tubuhnya, karena kandungan air yang turun melewati batas toleransi akan membuat serangga mati. Berkurangnya kandungan air berakibat pada kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolism dalam tubuh serangga. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi, umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuh. Serangga yang memiliki kulit tebal, kandungan airnya lebih rendah. Serangga akan berusaha menyeimbangkan kandungan air dalam tubuhnya untuk bertahan hidup. Kelembapan juga berpengaruh pada kemampuan bertelur dan pertumbuhan serangga.
Kebutuhan serangga akan air sangat dipengaruhi dan berhubungan erat dengan keadaan lingkungan hidupnya terutama kelembapan dan ketersediaan air. Untuk menyatakan kandungan air di udara tau kelembapan udara dilakukan dengan cara antara lain lengas udara mutlak, lengas udara spesifik, lengas udara nisbi dan tekanan uap.
Kemampuan serangga bertahan hidup terhadap lengas udara sangat berbeda-beda tergantung spesiesnya. Hama Trips tabacidapat bertahan hidup dalam lengas udara di bawah 50%. Dalam lengas udara nisbi 10%, kumbang bubuk kacang hijau betina meletakkan telur rata-rata 44.4 butir, namun pada lengas nisbi 25%, menghasilkan telur 49.8 butir.
Gambar Trips tabaci

5.         Makanan
Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun. Pengaruh jenis makanan, kandungan air dalam makanan dan besarnya butiran material juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu jenis serangga. Dalam hubungannya dengan makanan, masing-masing jenis serangga memiliki kisaran inang yang berbeda yaitu Monofag (hidup dan makan hanya pada satu atau beberapa spesies dalam satu famili tertentu),Polifag (hidup dan  makan pada berbagai  spesies pada berbagai famili), dan Oligofag (hidup dan makan pada berapa spesies dalam satu famili) (Jumar, 2000).
CC.   Faktor Penyebab Terjadinya Dispersal
Dispersal merupakan factor pembatasdalampenyebaranserangga, factor penghambatantara lain doronganmencarimakan, menghindari predator, factor iklim, atauterbawaolehangin.
1.  Doronganmencarimakan
Makanan merupakan salah  satu faktor yang menyebabkan perubahan dari morfologi serangga seperti pada Aphids yang mempunyai sayap yang akhirnya meninggalkan koloni awal yang telah kelebihan kapasitas. Sebagai contoh penyebaran Aphid diakibatkan karena kurangnya makanan, kelebihan populasi, dan ingin kawin
2.  Menghindardari predator
Salah satupenyebabseranggahamameninggalkan habitat aslinyakarenamunculnya predator yang dapatmengendalikanseranggatersebut. Sehingga, seranggatersebutmeninggalkan habitat aslidanterjadi dispersal yang dilakukanolehseranggahama.
3.  Terbawaanginatau air
Serangga dapat terbawa oleh angin atau air ke daerah lain, sehingga serangga tersebut terbawa dan menetap pada daerah lain.
4.  Perilakukawindanfaktorfisiklainnya
Serangga dapat tersebar akibat dari keinginan kawin kepada lawan jenis, sehingga serangga tersebut akan berpindah misalnya Aphids akan menumbuhkan sayap agar dapat mencari lawan jenis apabila terjadi persaingan dalam perkawinan. Tersebarnya serangga bisa juga disebab faktor sex ratio, dimana ketidakseimbangan perbandingan antara serangga jantan dan betina bisa menyebabkan salah satu serangga melakukan penyebaran untuk mencari pasangan untuk melakukan kopulasi.
5.  KemampuanTerbang
Kemampuan serangga dalam menyebar ditentukan dengan kemampuan terbang dari serangga  apakah dapat mampu terbang dengan jarak yang jauh atau dekat, sebagai contoh belalang memiliki sayap namun jarak terbangnya lebih pendek bila dibandingkan dengan ngengat dan kupu-kupu yang juga memiliki sayap namun memiliki jarak  tempuh yang jauh.
D. Macam-Macam Dispersal
1.     Migrasi
Migrasi serangga adalah pergerakan musiman serangga, terutama spesies capung, kupu-kupu, ngengat. Jarak migrasi dapat bervariasi, tetapi kebanyakan melibatkan banyak individu. Terkadang individu yang bermigrasi dalam satu arah tidak kembali dan generasi selanjutnya mungkin bermigrasi ke arah yang berbeda.
Contoh serangga yang bermigrasi adalah kupu-kupu Monarch yang bermigrasi dari Kanada selatan ke Meksiko tengah.
Monarch Butterfly
Migrasi juga diartikan sebagai perpindahan, yang pada binatang dapat diperluas artinya menjadi, perpindahan dari satu habitat ke habitat yang lain yang lebih baik (cocok). Fenomena perpindahan ini umum terjadi pada binatang, termasuk serangga. Perilaku ini terutama dipicu oleh kondisi lingkungan abiotik yang tidak mendukung, misalnya karena terjadi perubahan suhu dan kelembaban yang drastis akibat perubahan musim. Perubahan-perubahan tersebut berdampak pula terhadap ketersediaan pakan bagi si serangga, sehingga alasan lain perpindahan secara massal ini juga dalam rangka untuk mendapatkan lokasi yang menyediakan pakan, dan biasanya sekaligus sebagai tempat berbiak yang lebih memadai.
Migrasi dilakukan oleh banyak spesies serangga, meskipun hanya beberapa serangga yang tercatat melakukan migrasi yang dikategorikan fenomenal, contohnya migrasi musiman Kupu-kupu Raja (Monarch Butterfly), Danaus plexippus (Lepidoptera: Danaidae). Pada musim dingin mereka berpindah dari daerah asal di Amerika Utara (termasuk Kanada) ke bagian selatan yang lebih hangat, misalnya di wilayah selatan-tengah Meksiko (Garland & Davis, 2002), atau Kuba (Dockx et al., 2004)dalam Putra (2009). Setelah musim semi tiba, mereka akan bergerak pulang ke daerah asalnya di bagian utara Amerika. Jarak yang mampu mereka tempuh tercatat sampai 4000 km.
Sparks et al. (2007)dalam Putra (2009) tentang peningkatan migrasi serangga, misalnya kupu-kupu dan ngengat di Eropa, memunculkan kekuatiran bahwa perubahan frekuensi dan pola migrasi serangga juga menunjukkan terjadinya perubahan lingkungan yang berujung pada ketidakstabilan lingkungan, seperti yang juga dikuatirkan oleh Brower dan Malcolm (1991)dalam Putra (2009), yaitu bahwa perubahan pola migrasi pada dasarnya dapat dimaknai sebagai perubahan lingkungan hidup yang kemungkinan berakibat pada kepunahan spesies-spesies binatang, termasuk serangga.
2.     Imigrasi
Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya. Imigrasi ini akan meningkatkan populasi. 
Contohnya perpindahan hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens Stal.) dari suatu daerah pesawahan ke daerah pesawahan lainnya sehingga terjadi peningkatan populasi hama wereng batang coklat didaerah pesawahan yang didatanginya.
3.     Emigrasi
Emigrasi seranggaadalahpemencaran atau perpindahan individu serangga keluar daerah populasi atau ke luar dari habitat populasinya. Emigrasi ini akan mengakibatkan penurunan populasi serangga tersebut didaerah habitatnya
Contohnya. Kutu daun (Aphids) sering dipindah oleh semut ke bagian tanaman atau tanaman lain untuk keperluan makanan (embun madu)Larva instar pertama Meloidae (Coleoptera) yang disebut triungulin yang aktif bergerak dan menempel pada bunga-bungaan supaya dapat pindah bersama lebah.
EE.      DISPERSAL SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS
Dispersal atau penyebaran disatu sisi sangat berperan dalam perpindahan serangga dari suatu tempat ke tempat lainnya namun di sisi yang lainnya penyebaran ini dapat menjadi faktor pembatas dalam perkembangan serangga berkaitan dengan  :


1.      Ketersediaan makanan
Emigrasi suatu serangga hama ke suatu tempat akan mengakibatkan meningkatnya populasi serangga pada daerah tersebut, disisi yang lain ketersediaan makanan/pakan tidak mengalami peningkatan pada saat yang bersamaan akibatnya akan terjadi persaingan dalam memperoleh nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi bagi serangga dampaknya akan meningkatkan mortalitas dan penurunan natalias, Jika makanan tersedia dengan kualitas yang sesuai, maka populasinya akan cepat meningkat. Sebaliknya, jika makan kurang, maka populasinya akan menurun.Disaat yang bersamaan peningkatan populasi hama yang ada di areal berarti ketersediaan makanan bagi musuh alami juga semakin banyak,sehingga populasi musuh alami juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi, peningkatan proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan,sehingga mengurangi juga ketersediaan pakan bagi musuh alami.
Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan tingkat reproduksi,
Menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh alami menurun, makatekanan terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah hama dilapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat, makan populasi musuh alami juga akan meningkat
2.      Kemampuan berkembangbiak
Tinggi rendahnya kemampuan berkembang biak dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak dan perbandingan kelamin.Perbandingan kelamin yang dimiliki hama umumnya 1:1 namun pada keadaan tertentu perbandingan tersebut dapat berubah. Misalnya pada keadaan jumlah makanan banyak tersedia perbandingan antara jantan dan betina menjadi 1:3 sedangkan pada keadaan jumlah makanan sedikit jumlah jantan dapat mencapai 90% sehingga populasi berikutnya menurun
3.      Tidak Tersedianya Habitat/Ruang
Habitat adalah tempat dimana hama dapat hidup.  Hal initermasuk tempat istirahat, sembunyi, perlindungan ataupun tempat tinggal danbersarang. Menghilangkan atau mengurangi habitat yang disukai hama membuatpertumbuhan hama menjadi jauh berkurang. Masuknya serangga hama ke suatu areal dapat mengurangi ketersediaan habitat sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh ruang dan tempat, serangga yang kalah dalam persaingan ruang dan tempat populasinya akan menurun.
4
FF. Kompetisi Intraspesifik
Masuknya serangga ke suatu daerah dapat menyebabkan terjadinya Kompetisi intraspesifik, ini terjadi karena kepadatan populasi yang sedemikian rupatingginya, sehingga kebutuhan akan makanan, tempat tinggal dan kebutuhanhidup lain dari populasi tersebut menjadi di luar kemampuan daya dukung alamIingkungannya untuk menyediakan atau mendukung kelangsungan hiduppopulasi tersebut. Akibatnya individu yang lemah akan tertekan atau mati, ataumeninggalkan tempat tersebut pergi ke tempat lain, dan bahkan kondisi demikiandapat rnendorong terjadinya kanibalisme.