Tuesday, May 9, 2017

Perhitungan Populasi

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin.N.M.1989).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu.(Soetjipta.1992)
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam.(Naughton.Mc.1973)
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi (Hadisubroto.T.1989).
Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan.
Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan. Kerapatan populasi ialah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang, yang umumnya diteliti dan dinyatakan sabagai cacah individu atau biomassa per satuan luas per satuan isi. Kadang kala penting untuk membedakan kerapatan kasar dari kerapatan ekologik (=kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah cacah atau biomassa persatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologik adalah cacah individu biomassa persatuan ruang habitat. Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutklak suatu populasi. Dalam pada itu ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapan nisbi suatu populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara :
1. Penghitungan menyeluruh yaitu cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya.
2. Metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi (Soetjipta.1992).
            Metode yang paling akurat untuk mengetahui kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu mahkluk hidup yang di maksud (sensus), namun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak memungkinkan pelaksaan hal tersebut, terutama pada penghitungan hewan liar misalnya nyamuk atau rusa. Mungkin sebagian medan habitat tidak dapat atau sukar dicapai, atau beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara langsung. Selain itu pergerakan hewan dari dan ke arah lokasi sensus menyebabkan tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang akan dihitung. Misalnya untuk menghitung sampling populasi rumput di padang rumput dapat digunakan metode kuadarat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan metode track count atau fecal count, sedangkan untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release recapture (CMRR).
            Penggunaan metode CMRR pada populasi ikan diuji dengan meneliti sisiknya, atau dengan meneliti otolith atau mengenai lensa mata. Pada hewan jenis lain dapat diuji dengan penelitian umur meliputi penelitian tentang gigi geligi, atau mungkin metode catch - perunit - effort. Perlu diingat harus diperhitungkan adanya kesalahan baik sejak perencanaan maupun sampai pelaksanaan dan juga analisisnya serta interpretasinya. Pengaruh luas medan penelitian dan unit pengambilan sampel, letak stasiun pengambilan sampel, jenis alat sampling dan waktu sampling semuanya perlu dimasukkan dalam analisis, demikian pula pengaruh faktor lingkungan.
Metode CMRR secara sederhana adalah menangkap hewan, menandai, melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa hewan yang bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah (trap shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMRR dengan asumsi- asumsi sebagai berikut.
a. Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda dan tanda tidak mudah hilang.
b. Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi.
c.  Populasi harus dalam sistem tertutup  (tidak ada migrasi atau migrasi dapat dihitung).
d.  Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling.
e. Hewan yang ditangkap sekali atau lebih, tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya.
f.  Populasi sampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang sama untuk ditangkap.
g.  Sampling dilakukan dengan interval waktu yang tetap.
Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah rumus Petersen yaitu:
                M . n
N         =   ————
                  R
           
            Untuk menghitung kesalahan (error) metode CMRR dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (standar errornya) dengan rumus:
                                                    _______________________                  
SE    =   √ ( M . n ) [(M - R) . (n - R)]
                    R³
           
            Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus:
 N ± t. SE


Dengan catatan:
 adalah tingkat signifikasia, dan ¥t           = (df, ), lihat tabel distribusi t dengan df =
N         = cacah hewan di alam/dalam populasi
M         = cacah hewan yang tertangkap pada penangkapan pertama dan ditandai
N         = cacah hewan yang tertangkap pada penagkapan kedua, terdiri atas hewan yang      tidak bertanda dan hewan yang bertanda hasil penangkapan kedua
R         = cacah hewan yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap                  kembali pada penangkapan kedua
           
            Untuk memperbaiki keakuratan metode Peterson (karena sampel yang diambil relatif kecil), dapat digunakan metode Schnabel. Metode Schnabel selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode Petersen, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan pada periode sampling yang berikutnya. Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali. Dengan cara ini besarnya populasi dapat diduga dengan rumus:
                (n¡ . m¡)
N        =  —————
          R¡

            Karena pengambilan sampel dengan cara diatas dilakukan berulang kali, maka hal ini akan mengurangi kesalahan sampling. Kesalahan baku (SE) metode ini dihitung dengan rumus: 

                1
   SE          =      —————————————————————
                                           _____________________________________
                          1               (k - 1)                       1
  [  ———   ]S                      √ [  ————  +  ———  ]  - 
                           (N - M¡)            N                     (N - n¡)  

            Setelah ditentukan standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus :
N ± t. SE
Dengan catatan:
 adalah tingkat signifikasia, dan ¥), lihat tabel distribusi t dengan df  = a t           =  (df,
k          =  Jumlah periode sampling
N         =  Cacah hewan di alam/ dalam populasi
M¡       = Jumlah total hewan yang tertangkap pada periode ke-i ditambah periode  sebelumnya/jumlah total hewan yang bertanda.
n¡         =  Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke-i
R         =  Jumlah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke-i



Hadisubroto.T.1989. Dasar dan Teknik Pengambilan Sampel dalam Penyelidikan. UGM Press. Yogyakarta.
McNaughton, S.J., dan Larry, W.F. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang Dan Laboratorium. UI Press. Jakarta.
Odum, Howard, T. 1992. Ekologi Sistem. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Soetjipta.1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta.
Southwood. 1971. Ekologi Umum. Angkasa. Bandung.
Sudarsono. 1978. Analisa Statistika. Aneka Cipta. Jakarta.
Suin, N. M. 1989. Ekologi Umum. UGM Press. Yogyakarta.
Sukarjo. 1989. Biostatistika. UGM Press. Yogyakarta.

6 comments:

  1. Dari segi isi blog anda sangat bagus. Akan tetapi dengan ditata dengan baik sebelum di post akan memberikan kesan mudah dipahami bagi para pembaca lain.

    ReplyDelete
  2. postingannya bagus, kata-katanya mudah dipahami. sebaiknya ditambahkan gambar biar lebih menarik. kemudian ada yang belum saya pahami tentang rumus diatas.

    kalau mau mampir ke blog saya di http://norazeezah.blogspot.co.id/

    ReplyDelete
  3. sudah bagus, namun sebaiknya diperhatikan penulisan dan tanda, penataanya juga lumayan berantakan sebaiknya diperbaiki sebelum dipost,

    ReplyDelete
  4. Sebenarnya saya kurang paham dengan perhitungan ini, mohon disajikan dalam bentuk kalimat yang lebih sederhana

    ReplyDelete